Senin, 07 September 2009

Satelit, mangamati bumi Dari Atas

Dewasa ini, satelit menjadi sebuah benda yang sangat bermanfaat.Namun sebuah masalah terjadi.Proyek Peluncuran Roket dan Dampaknya Terhadap Masyarakat di Biak. Jika disimak secara kasat mata proyek peluncuran roket di Bandara Internasional Frans Kaiesiepo di Biak sebenarnya merupakan suatu kegiatan dengan teknologi tinggi dan padat modal sehingga keterlibatan masyarakat secara langsung sangat tidak mungkin. Meskipun Bupati Biak Numfor Yusuf Maryen kepada wartawan di Biak mengakui bahwa rencana peluncuran satelit Rusia dengan menggunakan pesawat terbang melalui Bandara Frans kaisiepo Biak merupakan kegiatan investasi yang memerlukan anggaran sangat besar dari investor. Andaikata program ini terwujud dengan baik lanjut Maryen akan menjadi momentum sejarah bagi semua komponen masyarakat di datanah Papua khususnya kabupaten Biak Numfor.
Pemerintah daerah akan mendapatkan penerimaan anggaran pada sector pajak berupa tenaga ahli, retribusi daerah serta terjadinya peningkatan pendapatan bagi pelaku ekonomi setempat, ujar Maryen sebagaimana diberitakan oleh Antara, 7 September 2007 di Biak.
Lebih lanjut Maryen menambahkan penerimaan pendapatan asli daerah meningkatkan yang diperoleh dari rumah makan, hotel, mau pun jasa penjualan souvenir dan transportasi.

Manfaat lain kata Maryen adalah jika Biak dijadikan lokasi peluncuran satelit dengan menggunakan pesawat terbang Air Launch System (ALS) pada 2010 berteknologi tinggi yang dapat dipergunakan untuk pengenalan teknologi itu kepada siswa mau pun mahasiswa di daerah ini. Senada dengan Maryen, Direktur Yayasan Pengembangan masyarakat Desa (YPMD)-Papua Decky Rumaropen menambahkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Biak Numfor paling terendah di antara kabupaten dan kota di Provinsi Papua karena itu perlu adanya daya tarik bagi pemasukan daerah.Data Papua Dalam Angka 2006 mencatat hingga tahun 2004 sekitar 50.400 jiwa penduduk Kabupaten Biak Numfor tergolong miskin dan miskin absolute. Meski pun sebagian besar penduduk asli di Biak adalah nelayang yang mengandalkan tambahan dari menjual kelebihan ikan.

Bagi Frans M nelayan asal kampung Samber mengakui kalau ikan lagi ramai di pasar terpaksa harga dijual murah. Meskipun Frans mengaku bisa memperoleh hasil pendapatan mencapai ratusan rupiah per ember satu hari. Biasanya maitua (isteri) dorang (dia orang) yang jual di pasar, ujar Frans.

Karena itu menurut Decky Rumaropen harus menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan bagi pengembangan wilayah Biak Numfor. Soal tanah adat menurut Rumaropen tokoh tokoh adat harus melakukan deal dengan pemerintah Rusia mau pun Indonesia untuk mengirim putra putra dari Papua dan khususnya dari Biak yang terbaik untuk belajar di Rusia tentang teknologi satleit dan science. Ini sebagai jaminan dari konsekewensi pembangunan proyek satelit Rusia karena bagaimana pun juga harus ada tanggungjawab moral bagi sumber daya manusia (SDM) di Papua khususnya di Biak Numfor,ujar Rumaropen di Jayapura belum lama ini. Bagi dia pengiriman putra putra Papua terbaik untuk belajar teknologi tinggi sudah saatnya dan jangan ditunda tunda lagi.
Bukankah selama ini anak anak Papua sudah menunjukan prestasi tertinggi seperti George Saa dan beberapa pelajar lainnya yang meraih gelar juara olimpiade fisika dan biologi. Berilah kesempatan agar putra putra Papua belajar untuk menyumbangkan ilmunya bagi dunia dan kemanusiaan sehingga orang Papua bisa menjadi berkat bagi semua orang di dunia ini,ujar Rumaropen yakin.

Selain itu salah satu prestasi gemilang yang pernah diraih putra Papua terbaik di bidang ilmu pengetahuan fisika teoritis adalah almarhum Dr Hans J Wospakrik dosen fisika Institut Teknologi Bandung (ITB). Wospakrik berhasil menembus jurnal ilmiah fisika tempat para pemenang hadiah nobel fisika menerbitkan karya karya mereka pada jurnal berwibawa internasional seperti Phsysical Review D (1982 dan 1989), International of Mathematical Phsysics (2001 dan 2002), International Journal of Modern Physics(1991), serta Modern Physics Letters A (1986 dan 1989).Seluruh perjalanan fisikawan asal Papua ini bisa dibaca dalam buku karyanya berjudul ,Dari Atomos Hingga Quark.
Rekan sekerjanya di Utrech Belanda dan di Michigan University AS , Profesor Dr Martinus JG Veltman peraih nobel fisika 1999 memberi kesan terdalam bagi almarhum Hans Wospakrik antara lain,
Dari publikasinya...saya lihat dia betul betul terus bekerja sebaik mungkin dalam teori partikel. Orang seperti Hans besar sekali nilainya buat negeri yang mulai memasuki komunitas riset dunia. Kita merasa kehilangan. Walau Rumaropen menawarkan pengiriman putra Papua untuk belajar ke Rusia sebaliknya para mananwir (para tokoh adat ) di Biak justru menilai, peluncuran satelit dari Biak lebih banyak memberikan dampak negative karena berpotensi membuat masyarakat Biak semakin tersisih di atas tanahnya sendiri.

Fakta menunjukan bahwa investor selalu tidak pernah memperhatikan dampak dampak social bagi masyarakat setempat. Buktinya PT Freeport masyarakat suku Amungme dan Kamoro baru memperoleh dana satu persen setelah terjadinya pelanggaran HAM 1996 di Timika. Mananwir Yusuf Manpioper mantan assisten bidang Pemerintahan menegaskan tokoh adat di Biak sepakat menolak klaim tanah PT Angkasa Pura I atas lokasi Bandara Frans Kaisiepo. Penelusuran dokumen hukum Bandara Frans Kaisiepo, Pangkalan TNI AU Munuhua dan Pangkalan TNI AL di Sorido dibangun di atas tanah ulayat, ujar Yusuf Manpioper mantan Bestuur Wagete di Biak belum lama ini. Sementara itu Kepala Bapedalda Provinsi Papua Joesph Wiro Watken menyikapi rencana Biak sebagai lokasi peluncuran satelit Rusia 2010 mengingatkan program berteknologi canggih itu perlu dilakukan pengkajian mendalam tentang dampak sosial kemasyarakatan dan dampak lingkungan fisik air dan udara yang kelak terjadi pasca peluncuran satelit. Jika pelebaran dan perpanjangan Bandara Frans Kaisiepo kea rah timur dekat laut, sementara perpanjangan kea rah barat. Konsekewensinya penduduk di kota Biak harus dipindahkan ke tempat lain,ujar Watken. Ditambahkan dampak social yang akan timbul adalah kebisingan pesawat mau pun polusi udara dikhawatirkan merusak ekosistem biota laut, palagi pulau pulau Padaido sangat terkenal menyimpan terumbu karang dan biota laut yang terindah di dunia dapat dicemari.
Sebenarnya ide menjadikan Biak sebagai bandara antariksa telah dipromosikan sejak lama sekitar 1980 an.

Beberapa perusahaan swasta tampaknya berminat di antaranya E Prime dari USA, sebuah perusahaan jasa peroketan dan keantariksaan. Menurut E Prime cukup cerah prospeknya tetapi sebelum terjun dalam bisnis antariksa harus terlebih dahulu dipelajari pasaran internasional khususnya di Asia dan Pasifik. (Suara Pembaruan, 3 Januari 1990).
Memang Pulau Biak memenuhi persyaratan karena pasar satelit kini berada di Asia dan Pasifik. Syarat penting untuk sebuah kawasan peluncuran satelit antara lain pertama sepi penduduk ; kedua di daerah khatulistiwa (ekuator) dan ketiga berada di dekat laut. Harus sepi penduduk karena merupakan daerah berbahay tingkat tinggi khawatir roket meledak ketika masih ada di bumi atau ketika baru beberpa detik mengangkasa. Harus dekat laut sebab roket yang sudah habis bahan bakarnya akan dilepaskan dan jatuh, yang paling aman di laut yang juga harus sepi dari lalu lintas laut (Rusia Incar Biak, Moch S Hendrowijono, Kompas 19/12/2005). Menurut Hendrowijono dua modal Biak untuk menangguk keuntungan miliaran rupiah bisnis peluncuran satelit yaitu dekat gais khatulistiwa-garis imajiner yang menjadi lokasi orbit satelit sekaligus dekat samudera Pasifik.

Landasan Biak Bandara Frans Kaisiepo Biak merupakan peninggalan Perang Dunia Kedua pertama kali dibangun oleh tentara Jepang bersama masyarakat setempat kemudian dipakai tentara AS dan sewaktujaman penjajahan Belanda maskapai penerbangan KLM Belanda memakainya sebagai salah satu bandara penting untuk penerbangan ke AS dan Tokyo serta Eropah. Panjangan landasan pacu sekitar 3.570 meter dan tidak pernah dilapis ulang sejak tahun 1961 membuat landasan pacu itu tidak pernah rusak. Landasan pacu itu mampu mampu menahan sampai 400 ton lebih.
Lepas dari pro dan kontra sebaiknya perlu sosialisasi dan pemahaman yang baik sebab di sisi lain jelas masyarakat akan tersisih. Selain itu karena ini menyangkut bisnis milyaran dollar sehingga mau tidak mau aparat keamanan harus menjaga aset aset negara karena menyumbang pajak, dividen, dan menyerap tenaga kerja yang banyak.(dominggus a mampioper dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar